Ads 468x60px

Pages

Subscribe:

feature content slider

Template Information

Contact online



Assalamu'alaikum wr wb
Selamat datang di MIQRA INDONESIA GROUP. Sumber Inspirasi, Motivasi, Ilmu dan Amal untuk ke-SUKSES-an hidup Anda di dunia akhirat.
Ayo Gabung Dengan Komunitas Pembaca MIQRA INDONESIA GROUP
Dapatkan Hadiah Ebook:
”ILMU MENJADI KAYA”

Setelah Anda bergabung dengan Mailing List MIQRA INDONESIA GROUP.


| ILMU MENJADI KAYA |

Test Footer

Your Ad Here
Showing posts with label Success. Show all posts
Showing posts with label Success. Show all posts

04 January 2009

Nurani Kedamaian


Nurani Kedamaian

Oleh: ARDA DINATA


Betapa bahagianya kita menyaksikan adanya perjanjian damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan pihak pemerintah berdasarkan hasil dari sebuah diplomasi. Namun belakangan ternyata, perjanjian tersebut diwarnai kekecewaan. Irian Jaya juga masih memendam masalah, demikian juga Ambon. Artinya, kegalauan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) masih terancam. Untuk itulah, semua pihak patut menyadari pentingnya "nurani kedamaian" dalam hidup berbangsa ini. Dan kalau tidak, kapan kita membangun bangsa ini?


Adanya perpecahan dan ketidak damaian di wilayah NKRI, penyebabnya berawal dari kesenjangan ekonomi-sosial. Wujudnya bisa adanya ketidak adilan di setiap elemen, kesombongan merajalela, kedengkian, cinta kelompok yang berlebihan, dan keserakahan.


Hemat kami, kesadaran potensi itulah yang harus dikedepankan oleh semua pihak dan elemen bangsa. Yang selanjutnya, masing-masing elemen hendaknya komitmen terhadap aktualisasi "nurani kedamaian" sebagai wujud penghalang dari bahasa kekerasan dan permusuhan pihak-pihak tertentu yang tidak ingin NKRI ini menjadi damai di atas ridha-Nya.


Indonesia adalah negara yang penduduknya sebagian besar umat Islam. Sehingga umat ini memegang peranan penting dalam terwujudnya kedamaian. Kuncinya kita harus mempunyai tekad berdamai, semangat bersaudara, semangat bertabayun, semangat berjuang demi kemajuan bersama. Dan yang lebih penting dari itu, adalah kita harus mampu mengaktualisasikan secara nyata atas Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, rahmat bagi semua pihak. Langkahnya, umat harus mencontoh Rasulullah Saw., diantaranya berupa memulai dengan nasehat baik, dengan berperilaku yang baik, atau dengan tindakan yang menjadikan orang tertarik pada kita.


Di sini, Allah menyatakan dalam firman-Nya."Serulah kepada jalan Tuhanmu, dengan hikmah dan nasehat yang baik dan bantulah mereka dengan cara yang baik." (QS.16: 125). Selain itu, bukankah Allah juga bersifat Maha Rahman dan Maha Rahim?? Artinya sungguh mustahil, Allah yang mempunyai sifat Maha Sayang dan Maha Kasih tersebut, menurunkan hukum-hukum bagi manusia yang bertentangan dengan sifat-sifat-Nya. Buktinya, Allah dalam QS. Anbiya: 107, menyebutkan: "Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad Saw), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."


Prinsip perdamaian dalam Islam bertitik tolak dari akidah (iman kepada Allah). Kita harus yakin bahwa bila manusia mengikuti syariah Allah maka perdamaian di muka bumi bisa dijamin, karena perdamaian dalam Islam berkaitan erat dengan keyakinan akan kepercayaan terhadap-Nya. Sehingga tidaklah basa basi, kalau Islam sangat memperhatikan kedamaian. Sebab dengan kedamaian, kita dapat beribadah dengan baik, membangun peradaban, berhubungan harmonis sesama manusia, dan mewujudnya manusia sebagai khalifah di bumi ini.


Konsekuensi dari kesadaran sebagai wakil Allah yang menjamin kedamaian sesama manusia, maka terlebih dahulu kita harus paham betul akan sesuatu yang disukai oleh manusia. Yakni pada dasarnya manusia itu: senang membantu orang lain; menghendaki citra pribadinya dapat diterima orang lain; senang bila dirinya dibutuhkan; senang dipuji; senang memilih; tidak mau dipermalukan; senang melihat yang rapi dan bersih; senang bila menjadi penting; suka kepada pendengar yang baik; senang diberitahu; dan senang melihat wajah yang bersahabat. Dengan memahami hal ini, kami yakin setiap kita akan berjuang keras untuk menciptakan "nurani kedamaian" dalam dirinya.


Akhirnya, komitmen membangun kedamaian mulai 2003 ini adalah cita-cita luhur. Namun hal ini tidak akan terwujud bila yang kita gunakan adalah bahasa kekerasan, satelit prasangka buruk, dan trik-trik ketidak adilan serta kesombongan. Kedamaian akan terwujud bila setiap kita memiliki semangat [bersaudara, mencari solusi, dan maslahat bersama] yang dibalut dengan bekal keikhlasan, komitmen keadilan dan moralitas. Wallahu'alam.***

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqra.blogspot.com/.

01 November 2008

Menapaki Jalan Kebahagiaan

Menapaki Jalan Kebahagiaan

Oleh: ARDA DINATA
DAPAT dipastikan setiap kita mengharapkan kebahagiaan dalam hidupnya. Sehingga pantas bila Syaikh Syarbashi pernah berkata, "Semua manusia yang hidup di dunia ini berlomba-lomba mencari kebahagiaan dan ingin bisa meraihnya walaupun dengan harga yang tinggi."

Kebahagiaan itu, ternyata di mata orang-orang bodoh dan pendusta adalah dianggap sebagai lafaz yang tidak berhakikat dan merupakan khayalan fatamorgana yang tiada nyata. Sungguh ini adalah sesuatu yang kontradiksi dengan kenyataan bahwa Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu di dunia ini penuh dengan kebaikan, kenikmatan dan keberkahan. Lebih-lebih Allah telah menurunkan Alquran sebagai petunjuk hidup manusia agar titak susah (baca: QS. Thaha: 2).


Kenyataan berfikir model itulah, sesungguhnya awal penyebab terjadinya kegagalan menggapai kebahagiaan hidup. Untuk itu, sangat tepat bila setiap kita melakukan kontemplasi terhadap sikap hidup yang telah kita lakukan selama ini. sebab, tanpa melakukan "penilaian" terhadap sikap hidup dirinya sendiri, maka jangan harap "kemulusan" kebahagiaan itu menghampiri kita.


Terkait dengan itu, seorang dokter Muslim, Tsabit Qurrah, memberikan perhatian melalui fatwa dan tipsnya yang dapat mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan. Beliau mengatakan, "Kenyamanan jasad adalah dengan sedikit makan; kenyamanan jiwa adalah dengan sedikit dosa; kenyamanan hati adalah dengan sedikit keinginan; dan kenyamanan lisan adalah dengan sedikit berbicara."


Secara demikian, yang membuat seseorang dapat menapaki jalan kebahagiaan itu, kuncinya ada dalam perilaku dan sikap hidupnya sendiri. Yakni berupa bagaimana keyakinan kita memperlakukan jasad, jiwa, hati, dan lisannya itu secara benar. Dan di sini, kata kuncinya ada pada sikap "sedikit" terhadap makan, dosa, keinginan, dan berbicara.


Pertama, kebahagiaan jasad dengan sedikit makan. Jasad ini seperti sebuah mesin dan bahan bakarnya adalah makanan. Artinya, kita hendaknya mempergunakan bahan bakar itu secara wajar, sebab jika berlebihan ia bisa lebih berbahaya daripada api. Begitu juga dengan jasad, bila tidak dikekang dari keinginan nafsunya, ia akan berbahaya bagi orang lain dan menghilangkan citra kemunisaannya. Hebatnya lagi, ia bisa lebih buas dari binatang yang cenderung membuat keonaran dan kerusakan.


Kedua, kebahagiaan jiwa dengan sedikit dosa. Hal ini dapat dipahami, sebab jiwa itu cenderung memerintahkan untuk berbuat jelek (ammarah bissu), maka jika ia terbebas dari ikatannya ia akan lari bergabung dengan setan. Dan konsekuensinya, ia akan berkolusi, korupsi, menipu, dan berbuat sewenang-wenang yang melapaui batas. Oleh karena itu, musuh paling berat manusia adalah hawa nafsunya sendiri. Bagi siapa yang menturutkan hawa nafsunya, ia akan celaka. Al-Busyiri berkata dalam sebuah syairnya, "Jiwa itu bagaikan anak kecil. Jika kamu memanjakannya, hingga tumbuh dewasa pun ia akan tetap menyusu kepada ibunya. Akan tetapi, jika kamu menyapihnya maka ia akan berhenti menyusu." Jadi, jauhilah hawa nafsu, dan berhati-hatilah untuk tidak memperturutkannya.


Ketiga, kebahagiaan hati dengan sedikit keinginan. Langkahnya yaitu dengan meminimalkan rasa duka, rasa takut, dan rasa resah. Hal ini didasari karena di dalam hati yang resah sesungguhnya akan terbuka pintu-pintu kelemahan dan ketidak menentuan. Dan kondisi seperti ini membuat hati dihadapkan pada dua pilihan pintu masuk, yaitu: pintu keresahan atau pintu keberkahan. Walau demikian, hanya dengan modal insting yang kuat dan berani ia akan mampu mempertahankan yang terbaik. Islam sendiri, dalam hal ini telah mengajarkan pada pemeluknya bagaimana cara memilih kebahagiaan dan ketenangan hati itu, seperti disebutkan dalam QS. Ar-Ra'd: 28, Orang-orang yang beriman dan hati mereka merasa tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.


Keempat, kebahagiaan lisan dengan sedikit berbicara. Alasanya, semakin sering seseorang berbicara (yang tidak berguna), semakin besar peluangnya orang tersebut akan tergelincir. Lisan yang terbiasa mengucapkan perkataan-perkataan yang tidak pantas akan membahayakan orang lain. Dalam hal ini, Ibn Abbas pernah berkata, "Ucapkanlah perkataan yang baik-baik, niscaya kamu akan beruntung. Jagalah perkataan-perkataan yang kotor, niscaya kamu akan selamat. Jika tidak, niscaya kamu akan menyesal kemudian."


Akhirnya, pastikan dalam menghadapi kehidupan ini, tubuh kita terjaga dari makanan yang berlebih-lebihan, jiwa terhindar dari perbuatan dosa, hati terjaga dari keinginan yang tidak terkendali, dan lisan terjaga dari perkataan yang kotor. Bila hal ini telah dilakukan, maka sesungguhnya kita telah menapaki dan menempuh jalan yang lurus lagi menjadi orang-orang yang berbahagia. Wallahu a'lam.***


Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqra.blogspot.com/.

08 September 2008

Belajarlah Kepada Air

Oleh: ARDA DINATA

Keberadaan belajar merupakan hal yang penting dalam menggapai kelangsungan hidup seseorang. Demikian pula halnya dengan fenomena terjadinya krisis air dewasa ini, tentu kita harus mampu melakukan kegiatan “belajar”. Sehingga kita tidak hanya mampu dalam bagaimana mengelola air itu secara baik dan bermanfaat. Lebih dari itu, kita harus menyadari kalau air merupakan cipataan Allah yang mesti “dibaca”, karena segala cipataan-Nya di bumi ini mengandung banyak pelajaran bagi manusia. Untuk itu marilah kita belajar kepada air dan tidak semata-mata cukup dengan memanfaatkannya saja.

Melalui karakter yang dimiliki air, mestinya tiap manusia yang menggunakannya akan sejalan dengan kepadaian dalam mengelolanya. Mengapa demikian? Paling tidak menurut Al-Faruqi (2002), hal itu didasarkan atas beberapa ibroh yang dimilikinya. Pertama, seperti air mengalir, manusiapun berjalanlah sesuai fitrahnya. Pada saat ada sandungan batu atau apa saja, air akan berputar dan apabila datang hambatan yang lebih besar lagi dia akan berkumpul dan bertambah banyak sehingga batu itu tenggelam dan terbawa arus olehnya. Begitu juga manusia pada saat datang rintangan carilah jalan keluar, tetapi apabila halangan jauh lebih besar maka kumpulkanlah kekuatan untuk mengancurkannya.

Kedua, semakin miring tempat air mengalir, maka semakin deras arusnya. Posisi sangat menentukan untuk menang atau kalahnya kebenaran atas kebatilan. Tambah tinggi posisi kita secara kualitas maupun kedudukan kita di mata Allah SWT dan manusia, maka akan semakin mudah kita untuk meluncurkan arus kebenaran untuk menang.

Ketiga, jumlah air yang besar apabila di-manage dengan benar akan mendatangkan kekuatan yang luar biasa. Manusia yang di-manage dengan bimbingan Ilahi pasti akan mendatangkan kekuatan bagi kedamaian dan kesejahteraan di dunia dan akhirat.

Keempat, sesuai dengan sifatnya air dapat berubah wujud, walaupun dzatnya tetap air. Manusia dalam menjalankan hidupnya boleh jadi dalam bersiasah dapat berpenampilan berbagai peran tetapi harus tetap esensinya adalah wujudnya khilafah Allah SWT di bumi.

Kelima, mata air mengalirkan air yang suci bersih jauh menuju samudera, di jalan pasti banyak muatan yang ikut larut ke dalamnya dan apabila kita tidak ekstra hati-hati menjaga kesucian dan kebersihannya, maka sangat mungkin tidak hanya pasir serta tanah yang ikut larut. Tapi, kotoran dan racun pun sangat mungkin ikut di dalamnya. Untuk itu, kita mestilah menjaga kehidupan itu supaya senantiasa sesuai dengan sumbernya.

Akhirnya semoga kita mampu mengambil pelajaran dari realitas alam yang terjadi. Sepatutnya pula kita tidak hanya mampu menafsirkan atas fenomena terjadinya krisis air saat ini. Tapi, lebih dari itu kita mampu belajar kepada air dalam menapaki kehidupan ini agar berperilaku bijak pada alam. Wallahu’alam.***

Arda Dinata, adalah praktisi kesehatan, pengusaha inspirasi, pembicara, trainer, dan motivator di Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.
E-mail:
arda.dinata@gmail.com
Hp. 081.320.476048.http://www.miqra.blogspot.com

Kasih Sayang Sebagai Rahim Manusia Beradab

Oleh: Arda Dinata
ILMU MENJADI KAYA

PADA suatu tempat bertanah subur, bersungai jernih, dan berlangit biru, tumbuh sebatang asam yang besar. Di sekelilingnya tanah menghijau oleh rumput dan ilalang. Menyadari kekokohan dirinya, pohon asam pun menegur ilalang. Dia kasihan melihat kelemahan ilalang. Angin semilir saja sudah membuatnya seperti kepayahan berayun kian ke mari. Dengan penuh kesadaran dan kekuatan dirinya, pohon asam mengajak ilalang dekat-dekat kepadanya, supaya angin tidak lagi mengancam.

Lucunya, ilalang tidak merasa terancam. Lagi pula, akarnya memang sudah tumbuh pada tempatnya berdiri. Karenanya dia berterima kasih kepada pohon asam seraya mencukupkan dirinya seperti apa adanya. Ilalang mengakui bahwa dia memang lemah. Namun, dalam kelemahannya itu angin semilir atau angin topan baginya jadi sama saja. Dia hanya akan menari. Akarnya jauh tertanam di dalam tanah sehingga akan tetap hidup, menjadi tanda kehadiran tanah tempatnya tumbuh.

Pohon asam tentu saja menjadi geli terhadap kenaifan ilalang. Sebuah ketidaknyamanan yang lirih mengusik pohon asam, dan pohon asam pun lantas menganggap bahwa itu kesombongan diam-diam yang menjengkelkan dari si ilalang yang harus dilenyapkan dengan pembuktian kekuatan dirinya.

Angin topan bertiup kencang. Dengan gagahnya pohon asam menghadang angin. Namun, kali ini topan terlalu besar. Sementara ilalang meliuk dengan luwesnya, pohon asam bergetar hebat dilanda angin. Akhirnya, pohon asam itu roboh dan mati. Ilalang menangis sedih disampingnya.

* *

DARI penggalan kisah fabel klasik La Fonteina tentang pohon asam dan ilalang itu, tentu ada makna kehidupan yang bisa kita renungi sebagai bahan membangun kehidupan yang toleran dan beradab. Munculnya rasa kasih sayang dari pohon asam terhadap ilalang adalah sesuatu yang sungguh luar biasa. Namun, sayang pohon asam membalut makna kasih sayang itu dengan ketidak ikhlasan dalam dirinya. Ego kesombongannya telah mengubur inspirasi kasih sayangnya.

Kasih sayang sudah seharusnya tidak didasari dengan label-label kesombongan. Karena kesombongan apa pun bentuknya, ia dengan sendirinya akan melumatkan segala potensi kasih sayang yang ditawarkannya.

Di sini, harus diakui kalau hidup itu didapat dari pemberian perhatian orang lain (orangtua, saudara, suami, isteri, kawan, dll.). Coba bayangkan, seandainya kita hidup saling mengabaikan, mengacuhkan, hidup sendiri dengan tidak saling memperhatikan. Apa yang akan terjadi?

Adalah mustahil kita hidup sendiri, karena itu menentang sunatullah. Hidup ini akan menjadi indah, bahagia, mengesankan, bermanfaat bagi kita sendiri atau orang lain bila kitanya saling membagi perhatian. Saling memperhatikan adalah gambaran akan adanya hubungan kasih sayang. Dan sebaliknya, kasih sayang bisa terbentuk karena kita saling memperhatikan.

* *

KASIH sayang, kata yang enak didengar, indah dan suci. Adanya didambakan oleh setiap orang. Kasih sayang merupakan rahim manusia beradab yang menentramkan. Kata rahim berasal dari akar yang sama dengan belai kasih, rasa sayang, rasa kasihan, kecenderungan untuk menahan, dan kecenderungan untuk membantu seseorang. Sifat rahmah juga merupakan sifat yang alamiah melekat pada diri seorang ibu (baca: sang pemilik rahim). Karena sifat rahmah sudah berpotensi melekat, menurut Miranda Risang Ayu, adalah tugas ilahiah seorang ibu yang wajar untuk menjadikan dirinya sumber kasih sayang yang menghidupkan bayinya, seperti halnya Allah menjadi sumber sifat kasih sayang yang sempurna bagi alam semesta beserta isinya.

Keberadaan kasih sayang ini tidak akan lahir, bila kita tidak melahirkannya. Yang jelas kasih sayang membutuhkan keterbukaan, pengertian, "pengorbanan", tanggung jawab, perhatian, dan lainnya. Dalam sekala keluarga misalnya, seorang anak terlahir dan terbentuk pada prinsipnya merupakan hasil curahan kasih sayang dari orangtuanya.

Miranda mengungkapkan, pada puncak kesadaran spiritual manusia, perempuan sesungguhnya adalah wajah peradaban. Pada peradaban (sang feminim), manusia adalah subjek aktif yang memproduksi nilai, membangun relasi organis, dan akhirnya, berpartisipasi dalam penciptaan struktur sosial. Sebaliknya, lelaki adalah wajah alam semesta. Pada alam semesta (sang maskulin), manusia adalah subjek yang secara sadar submisif terhadapnya, karena ia bergantung, dihidupi, dilindungi, dan disantuni. Kelangsungan habitatanya sebagai manusia pun amat bergantung pada kemurahan alam semesta.

Di sini, hukum perjalanan telah membuktikan bahwa peradaban yang tidak mengindahkan alam semesta adalah peradaban yang ingkar pada asalnya, dan menuju kepada kehancuran makna kehadirannya. Sementara alam semesta tanpa peradaban adalah stangnasi. Alam semesta tanpa peradaban tidak pernah ada. Ini adalah kehancuran maknawi yang sesungguhnya.

Sebaliknya, interaksi antara peradaban dan alam semesta yang bersifat posesif dan eksploitatif juga akan saling menghancurkan. Interaksi semacam itu akan menimbulkan kemarahan reaktif peradaban sekaligus kemarahan reaktif alam semesta. Kemarahan reaktif peradaban akan berupa tertawa tergelak di atas kerusakan dan ketidakseimbangan alam sampai napas manusianya putus di langit makna. Sementara kemarahan reaktif alam semesta berwujud bencana alam, kelangkaan sumber daya, dan guncangan regresif lain, menghancurkan peradaban manusia dalam diri semesta itu sendiri.

Untuk itu, patut dicatat apa yang diungkapkan W. Somerset Maugham bahwa “tragedi hidup yang terbesar adalah bukan binasanya manusia, melainkan hilangnya rasa cinta dalam diri manusia.” Yakni cinta yang dilandasi rasa kasih sayang. Dan kita tahu, cinta itu dapat langgeng manakala ia menyelimuti dirinya dengan pondasi kasih sayang yang ikhlas.

Jadi, kasih sayang yang benar-benar tulus, tidak dengan kesombongan, tentu akan melahirkan manusia beradab, yang benar-benar punya nilai bagi siapa pun. Karena ia dibangun bukan dengan kekerasan, nafsu keegoan dan berniat mengorbankan siapa pun. Sehingga pantas saja, seorang yang bijak pernah berkata “Tidak ada nilai apa pun yang lebih besar daripada nilai setiap manusia, sehingga demi nilai itu kita tak berhak untuk mengorbankan seorang manusia pun.” Inilah, barangkali makna kasih sayang sebagai rahim manusia beradab. Wallahu’alam. (Arda Dinata).***

06 September 2008

bisnis kecerdasan inspirasi

bisnis kecerdasan inspirasi
MENINGKATKAN KECERDASAN KERJA

Dari hasil penelitian, kecerdasan ganda sudah terdapat dalam diri masing-masing orang, namun karena tidak terasah sejak kecil, maka tidak semua jenis kecerdasan ganda dapat berkembang optimal. Hingga, tidak aneh bila kita temukan, bahwa seorang dewasa misalnya, ada saja yang memiliki kecerdasan verbal lebih buruk dibanding kecerdasan matematisnya. Atau kecerdasan spasial seseorang lebih baik dibanding kecerdasan musikalnya. Tentunya, seperti digambarkan pada tulisan-tulisan dalam edisi lalu, beragam kecerdasan ini kemudian dapat ditingkatkan melalui pelatihan.


-= Yudha Dewantoro & INSPIRASI =-: MENINGKATKAN KECERDASAN KERJA
Dari hasil penelitian, kecerdasan ganda sudah terdapat dalam diri masing-masing orang, ... penuhi dengan nama kontak bisnis, teman, kenalan, kerabat, ...yudhadewa.blogspot.com/2006/10/meningkatkan-kecerdasan-kerja_07.html - 24k - Tembolok - Halaman sejenis

SASAK.NET - Forum - Inspirasi - KIAT MENINGKATKAN KECERDASAN ...
26 Sep 2006 ... Kecerdasan emosional juga mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, ... memotivasi dan memberi inspirasi dan sebagainya. ...www.sasak.net/modules/newbb/viewtopic.php?topic_id=823 - 39k - Tembolok - Halaman sejenis

PC Media - Panduan Teknologi Penuh Inspirasi
Kecerdasan buatan juga telah digunakan dalam bidang bisnis, bahkan pada sebuah kompetisi trading fi nansial tahun 2001, robot bernama Bots ciptaan IBM telah ...www.pcmedia.co.id/detail.asp?Id=2030&Cid=22&Eid=53 - 42k - Tembolok - Halaman sejenis

Wedangan.com - Aktivitas Forum Wedangan
Menghadirkan tiga mentor bisnis yaitu Prie GS (di bidang mental), R.Y. Kristian Hardhianto .... Tema Inspirasi : Jurus Jitu Mengoptimalkan Kecerdasan Otak ...wedangan.com/mod.php?mod=userpage&menu=701&page_id=41 - 30k - Tembolok - Halaman sejenis

Keberkahan Finansial - Cara Mudah Mengelola Keuangan dan ...
Tidak punya penghasilan, karena tidak memiliki bisnis maupun pekerjaan, .... Orang-orang kaya, ternyata memiliki kecerdasan spiritual sesuai keyakinannya, ...keberkahanfinansial.com/ - 67k - Tembolok - Halaman sejenis

Inspirasi Pagi :: Backup Blog :: January :: 2007
SEPIA adalah akronim dari 5 kecerdasan utama manusia, yaitu kecerdasan ... in iga ada yang ga disengaja) nemu blog ini pas searching “inspirasi” di Google. ...khairulu.blogsome.com/2007/01/16/backup-blog/ - 36k - Tembolok - Halaman sejenis

(7) Memulai Bisnis Itu (Seharusnya) Gampang « Catatan Dari Madurejo
Dongeng Tentang Inspirasi Bisnis Membangun Visi .... Barangkali yang dimaksud adalah feeling dan kecerdasan bisnis yang semakin terasah. ...madurejo.wordpress.com/2007/12/13/memulai-bisnis-itu-seharusnya-gampang/ - 26k - Tembolok - Halaman sejenis

BukuKita.COM - 15 Rahasia Mengubah Kegagalan Menjadi Kesuksesan ...
Apakah nilai spiritual susah dijalankan di tengah bisnis yang keras? mau bisa ... Buku ini juga menampilkan kecerdasan spiritual sebagai senjata ampuh untuk ...www.bukukita.com/Inspirasi-dan-Spiritual/Entrepreneurship/52810-15-Rahasia-Mengubah-Kegagalan-Menjadi-Kes... - 84k - Tembolok - Halaman sejenis

Berita Hot - DISKUSI INSPIRATIF “CARA CERDAS BERBISNIS ...
DISKUSI INSPIRATIF “CARA CERDAS BERBISNIS” Mari Menjadi Otentik! ... puluhan tahun mendampingi bisnis mengatakan kecerdasan tersebut mutlak dilakukan karena ...rumahusaha.com/portal/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=64 - 26k - Tembolok - Halaman sejenis

Inspirasi Bisnis dari Handaru » Inspirasi Bisnis - Dedicated for ...
May 25, 2007 at 2:50 pm · Filed under Inspirasi Bisnis .... kecintaan lebah akan cahaya, kecerdasannya, itulah penyebab kematian lebah dalam eksperimen ini. ...

16 August 2008

How To Take Charge Of Your Feelings

Mastering Your Moods: How To Take Charge Of Your Feelings
John Ryder awakens feeling rested, refreshed, and sensing a calm vibrancy surging all through him. Hopping eagerly out of bed, he showers, dresses, and with a gleam and sparkle in his eye, goes downstairs to his kitchen and puts on some coffee.Still feeling a wonderful composure flowing through him, he goes outside to retrieve the morning paper. And, as he has his breakfast, he begins to peruse the front page.The recession is continuing, unemployment rates keep climbing, American job security reaching all time instability highs. He begins to feel tense, and agitated. "Why the hell does President Bush constantly send all those billions in aid to foreign countries when we need it right here!"His morning calm now begins to shift to feelings of aggravation and discontent. And, as he exits his home to drive to work, he feels the bitterness begin to dissipate. His easy, morning calm seems to be reestablishing.As he drives to work, he's cut off by a large cargo van. "Hey, you idiot, why don't you watch where you're going!" Now, feeling tense once again - almost vengeful - he's driving aggressively, trying to catch up to the "moron" to tell him off. But, traffic conditions won't allow for it.Arriving at work, he's still sort of emotionally jumbled from his commute. "Well, what the hell, I've gotta get started now," he thinks with a sense of rushed anticipation.At his desk he sees a large post-it note stuck to his phone. "John, see me right away -- before you do anything today! G.P." "Oh crap," he says. "What does my district manager want with me personally?" He now feels anxious and doubtful as he walks into G.P.'s office. And 40 minutes later he emerges; the anxious, nervous feeling he experienced before he went in is now replaced with sensations of frustration and resentment at having just been sucked into an assignment that should have been given to three individuals to share. "Man," he exhorts with futile dismay, "they keep lumping more and more on my back. I'm only one guy...what's going on here?"His intense mental/emotional pre-occupation with his new task workload makes him late for his 3:30 appointment with marketing. As he enters the conference room, he feels as if the others see him as a flake, a "screw-up," and irresponsible. "I had to complete some important calls," he says. And after his meeting, the cold shoulder treatment he receives makes him feel as if he's unliked, poorly thought of, and an outcast."Ah well," he muses, "looks like it's another one of those days."Leaving work and feeling relieved, he drives to his health club only to find the lot jammed, and cars lined up almost to the street, striving to grab the first available space. "Oh no, not again; DAMN IT!!"Finally inside and changed, he now finds he must rush through his workout so he can shower, change, and pick up Karen for his dinner date. "RUSH, RUSH, RUSH, RUSH, why can't it ever get easier?" And, as he finally picks up Karen, instead of feeling the loving warmth he wanted to, he feels a lingering, anxious, frustrated anger which has been taking him up and down, and up and down all day."Hi, honey," Karen says to him with an endearing smile. "How was your day?" Almost on fire, he projects a futile, almost dejected glare and says, "Are you just saying that to be nice, or do you really want to know?"

SOUND FAMILIAR?

I'm sure as you read through John's scenario, you could also relate to the emotional roller coaster he experienced throughout his day. Transcending from the soothing calm of awakening, to the angry frustration of being oppressed, put upon, and forced to wait (and all the feelings in between), it's as if your emotional state is constantly played havoc with by everything that goes on around you. Happy/ depressed, calm/tense, relaxed/angered, content/frustrated -- the cycle seemingly goes on day in and day out. "Well, I'm sick of this emotional roller coaster, these continual mood swings, but I feel like a victim of my environment. It's like I can't control it, so what can I do to stop this damn fluctuation?"So common is the preceding concern that many of my clients have asked me to devise a strategy they could implement to stop the constant ups and downs (and the debilitating energy drain it incites). Feeling an emotional slave to their environment, they wanted a way to sustain a "middle of the road" feeling and mood style, instead of regularly riding the emotional roller coaster. Not too high, not too low, but middle of the road stable. "Pete, what can I do?" they'd plead.

TAKING CHARGE OF YOUR EMOTIONS

Structuring The Framework Of Regular Stable ControlWhether my clients were athletes, business people, students, salespeople, managers, professionals, etc., everyone voiced this frustration with mood swing concerns. The strategy I developed for them moves away from trying to change or control what's experienced/going on outside of you. It deals strictly with establishing an appropriate, desired mood at the start of your day, and then re- activating/reinforcing it whenever you sense an unresourceful feeling shift, or your emotions fluctuating in an uncomfortable, negative direction.Through this repeated positive emotional reinforcement (directly in the face of negative mood swings), you come to condition a continuance of enriching feeling to fuel your efforts throughout your day!This process has worked magnificently for my clients, and now you can use it to eliminate the "roller coaster" and enjoy emotional stability. I encourage you to read through this entire mood swing restructuring process first, then apply it exactly as outlined.

POSITIVE MOOD INSTALLATION

Structuring The Propensity For Positive Feeling ConsistencyA.) Establishing Your Target State: Upon awakening in the morning, before you get out of bed, establish the specific feeling context you sense will most directly encourage the type of inner state and behavioral expression you'd continually desire -- the feeling context which would naturally promote actions leading to effectiveness, efficiency, and task performance excellence.Mentally explore several options here to establish the explicit feeling you sense would most demonstrably serve and enrich you. For example, you might consider:? Confidence? Enthusiasm? Absolute faith? Excitement? Success compulsion? Fierce determination? Triumph commitment? Positive expectancy? Tenacious drive to excel and demonstrate excellence? Take charge action toughness? Relaxed composure? Personal power? Joyfulness, etc.To help establish the singular feeling most appropriate/beneficial for you, first think of 4-6 things you'll have to do/situations you'll have to engage during your day. Then, considering the preceding type feeling states - and the things you'll be doing during your day - ask yourself, "If I feel X in this situation, what will be the consequences?"Consider several different feelings here (such as those listed), and you'll come to isolate the exact feeling which will continually serve you best! (Here, you might want to imaginatively play out mini-scenarios of yourself engaging each of the things/situations you'll have to do fueled by various different types of feelings. Through this process, you'll quickly, easily identify the specific feeling state most appropriate for you!)B.) Anchoring Your Target State: Once you've decided upon the specific desired feeling you sense most appropriate for you, then close your eyelids down, and recall the very last time you either reflected, generated, or embodied that explicit feeling.A specific memory will quickly emerge, and when it does, then:1. Make the picture brighter, clearer, and vividly distinct.2. Perceptually bring it closer and closer to you - so close it's as if it's rightin front of you, as if it's totally real, and your reality right then and there!3. Then, imaginatively step into the picture, and into your body. And,looking through your eyes and feeling through your heart:? See exactly what you see as the embodiment of this specific feeling? F-e-e-l exactly what you feel as the embodiment of this specific feeling? Think exactly what you think as the embodiment of this specific feeling? Project the exact same facial expression you do as the embodimentof this specific feeling? Physically sense exactly what you do in every part of your body asthe embodiment of this specific feeling? Breathe exactly the way you breathe as the embodiment of thisspecific feelingNext, as you're breathing and reflecting all the preceding factors connected with you being fueled by your target state, firmly pinch your right thumb and middle finger together. Then (holding your fingers firmly pinched), choose a word which to you embodies this explicit feeling state. For example, you might choose Force, Strength, Power, Yes, Mine, etc.Keeping your right thumb and middle finger firmly pinched, mentally exclaim your key word (feeling its meaning resonate within you) 5 consecutive times. Then, hold your fingers pinched for 15 more seconds, continuing to see, think, feel, physically sense, and breathe in the specific manner connected with your target feeling state.Then, very s-l-o-w-l-y unpinch your fingers, and allow yourself to grow progressively more relaxed with every breath you take.You've now structured a feeling activation anchor whereby firmly pinching your right thumb and middle finger, breathing as the embodiment of your target feeling state, and mentally exclaiming your key word activates the specific sensory framework inducing your desired feeling context!C.) Testing Your Target Feeling Anchor: After you take 6-8 relax breaths as specified above, next, to become aware of just how powerful and deeply rooted your capacity to incite your desired state is:1.) Pinch your right thumb and middle finger together firmly.2.) Breathe as your target state breathes.3.) Mentally exclaim your key word 3 consecutive times.You'll instantly experience your specific target feeling state unfold, and notably surge through you. Hold this post test anchor (keeping your fingers firmly pinched) for 10 more seconds here. Then again, s-l-o-w-l-y release your finger pinch, and focus on your "relax breath" breathing.[*This entire anchoring process should take 5-7 minutes to perform. Each time you perform it, you'll become more efficient in producing demonstrable emotional results.]D.) Applying Your Target Feeling Anchor To Eliminate Destructive Mood Swings: Now you're prepared to stop the "roller coaster" and enjoy an experience of greater emotional consistency throughout your day. Here's how to use your target anchor:

AS SOON AS you experience your mood start to negatively, unresourcefully swing/shift, immediately fire your target anchor (pinch your right thumb and middle finger together firmly, breathe as you do as the embodiment of your target state, and mentally exclaim your key word 3 consecutive times). Then hold your fingers pinched, and imaginatively project a scenario of yourself competently, effectively dealing with the situation (you're facing) fueled totally by your target state. (Hold this finger pinch/mental effectiveness projection for 5-7 seconds. You can close your eyelids down to help here, of course only if appropriate, i.e. not while driving or engaging an activity demanding your full attention!)Then, when you sense you're emotionally back on track, s-l-o-w-l-y unpinch your fingers, inhale deeply, and confidently proceed on.What you are literally doing here is re-conditioning tendencies toward emotional fluctuation with tendencies toward emotional stability. You are directing your feelings and structuring different stimulus/response connections in areas you'd have allowed the "roller coaster" to just run its course!The key here is as soon as you may experience your emotional state shift - for whatever reason - instantly employ your feeling regulation anchor-and keep yourself fueled, and sustained, by your enriching, resourceful feeling context.The more you implement this strategy, the more spontaneous, natural, and effective it becomes in moving you to generate and sustain positive emotional consistency. (I encourage you to engage this process each and every day until you're experiencing a continual degree of emotional smoothness throughout your day!)You can and should use this process in every facet of your life where you may experience the "roller coaster" starting to roll. For example:? In relationships? In business? Dealing with family? On the telephone? On the job? In the gym? Watching TV news? Reading the newspaperTake initiative to keep yourself positively emotionally consistent, and you'll forever end those uncomfortable roller coaster rides!

USE IT AND PROSPER

You've now got a powerful method to foster emotional consistency throughout your day. You must use this process for it to enrich you. But very shortly, you'll experience the rewards of feeling regularly positive which accompanying feeling as you truly want to -- all the time.Remember, from now on, when your mood may begin to shift, turn on and sustain positive power; you'll glide through your day easily and smoothly, and you'll just leave the roller coaster to rust and wither!By Pete Siegel

30 July 2008

Success

Success is a Choice
Submitted by jkhbraveheart

Success is a Choice***

The freedom of choice, we all posses it and have the God given right to it.***

We have all heard the phrase Thoughts Become Things. Whatever it is that we want from life is always a thought first before it can become a reality.***

The one attribute that would make the difference in either success or failure in any given situation is the choice of changing our thoughts. For example let's use our financial positions. We need to get started on the right path of choosing our thoughts if we want to improve our financial situation. If we do not change our thinking we can never hope to reach our goal. What most of us fail to recognize is that we must first change our inner thoughts about our financial position, before the outward change will begin to happen?***

By making the decision to choose good healthy thoughts about money and finances, we are pointed in the right direction towards improvement. Too many times through our own failure to use this gift, we have been made slaves to the very thing we have wanted to avoid.***

We can easily think that we are in "bad times" and that is the way it is. True we can not control external conditions and situations, the only thing we can control are our thoughts. We have to know that it is up to us what thoughts we are going to choose. Soon you will begin to find that the conditions are not changing, we are. Prosperous thoughts will bring about prosperous results.***

There is nothing wrong with being thrifty but when we constantly have thoughts of lack by saying to ourselves "I can't afford it" over and over you will have gone through your life never being able to afford it. A better thought would be "I will buy it or I can afford that I just choose not to buy it right now". This way we are building the thoughts of expectancy and hope. It is very important not to ever destroy our hope. When hope is destroyed what is created is a life of difficulty and constant disappointment.***

Success in mastering our thoughts will take practice and conscious effort at first. When we choose good thoughts, ones that will assist us and not harm us, it will become effortless and a way of life. Dwell daily on thoughts and ideas that are uplifting. Invite all that is good into our lives. One mistake would be to merely wish and hope that success will find us. We have to be willing to take an outer action to attain the success. By doing so our confidence will soar as will our peace of mind and a sense of calmness will abound. Our life will be interesting and worthwhile.***

The most important thing in life is Life. We must care for it to the best of our ability. Choosing to be successful will afford us the quality of life that we desire. By selecting the correct thoughts we will create for ourselves the life that we truly want and deserve. Are you ready to turn failures into successes and fill your life with joy?***

There is no time like the present, it is totally up to us when we begin to journey on the road to success.***

"One's philosophy is not best expressed in words; it is expressed in the choices one makes. In the long run, we shape our lives and we shape ourselves. The process never ends until we die. And, the choices we make are ultimately our own responsibility." Eleanor Roosevelt***